Home

Rabu, 31 Januari 2018

*NAMA-NAMA SETAN BESERTA TUGAS2NYA

*NAMA-NAMA SETAN BESERTA TUGAS2NYA*

*1. QAFANDAR*

Ia adalah tentara iblis yang suka menabuh gitar di rumah2 slama 40 hari sehingga penghuni rumah itu kehilangan harga diri dan kecemburuan mereka.

*2. AKWARIYA ZAWAL*

Ia adalah tentara iblis yang selalu ikut serta dalam hubungan badan setiap anak Adam.

*3. WAHHAR*

Ia adalah tentara iblis yang suka mengganggu para mukmin dalam mimpi-mimpi mereka serta menimbulkan kesedihan dan ketakutan dalam mimpi.

*4. TAMRIH*

Ia adalah pembantu iblis sebagaimana imam Jakfar as-Shadiq menjelaskan bahwa iblis memiliki pembantu di malam hari sehingga saking besarnya ia memenuhi antara timur dan barat. Pekerjaannya adalah membisiki telinga manusia dengan bisikan jahat.

*5. MATKUN*

Ia bisa menyerupai siapa saja kecuali wajah Rosulullah shallaLLohu alaihi wa sallam ,dan menipu manusia melalui cara tersebut.

*6. RUHAA*

Ia adalah jenis jin yang mencegah para mukmin untuk bangun malam dan mengikat 3 ikatan saat seseorang tidur dan mengencingi telinga dan matanya. Rosulullah SAW bersabda, _''Setan membuat 3 ikatan di atas kepala setiap orang yg sedang tidur, pada tiap ikatan ditutup dengan kalimat; ''MALAM MASIH JAUH MAKA TIDURLAH.'' Maka bila ia terbangun dan berzikir terlepaslah ikatan pertama, dan jika berwudhu' terlepaslah ikatan kedua, dan jika ia sholat maka terlepaslah semua ikatan, dan bangun di pagi hari dengan semangat, hati puas,dan lapang dada, jika tidak maka pagi hari ia akan pesimis dan malas.''_
(HR.Bukhori dan Muslim)

*7. MASUTH (mathuun)*

Merupakan syetan yang menggoda manusia melalui lidah manusia, membuat berita bohong,perkataan yang keji, perkataan yang menyakiti hati manusia lain, perkataan yang merugikan orang lain, fitnah dan lain sebagainya, dia (masuth) mengarahkan pandangan mata manusia kearah yang akan membuat manusia melihat sesuatu keindahan semu, tubuh lawan jenis maupun sejenis, hingga mudah bagi masuth untuk mendorong manusia berkata kata yang kotor, dan menciptakan kekejian dan maksiat melalui lisan.

*8. KHANZAB*

Jin pengganggu ketika sholat, ia yang membuat kita lupa raka'at sholat dan sering menggelincirkan lidah sehingga salah dalam membaca suatu surat yang ia hafal.

*9. HAFFAF*

Ia adalah jin yang suka mengganggu manusia di jalan-jalan yang di anggap angker dan suka mendorong minum-minuman keras.

*10. ZALITUN/zallinbur*

Tentara iblis yang bertugas menggoda penghuni pasar dalam transaksi jual beli dengan menyuruh untuk melakukan kedustaan, penipuan, memuji-muji barang dagangan, mencuri timbangan dan bersumpah palsu.

*11. TSABUR*

Jenis jin/tentara iblis yang menggoda manusia di saat tertimpa musibah dan menyuruhnya untuk mencakar-cakar wajah dan leher mereka sendiri, dan membisiki manusia agar saling bunuh.

*12. DASIM*

Yakni bila seorang memasuki rumah tanpa mengucapkan salam dan tidak mengingat Allah, maka dia dapat melihat harta kekayaan seseorang selama belum di angkat atau diperbaiki tempatnya. Bila seseorang makan dan tidak membaca basmallah, maka dia akan makan bersamanya.dasim termasuk syetan yang populer dan seluruh kalangan syetan tak pernah menolak untuk membantu nya dalam bertugas.

*13. LAQUS*

Sebagai komandonya menggoda manusia dalam mencari ilmu dan ibadah melalui teknologi elektronika agar membuat dan melihat sesuatu yang jelas jelas dilarang oleh Agama, karena setiap alat elektronik mengandung zat api hingga mudah sekali mereka membuat manusia tergelincir kedalam kemaksiatan.

*14. WALHAN*

Mencari cari kesempatan lebih cermat menggoda manusia manusia ahli ibadah, Ulama, ustadz, dan semua manusia yang tingkat kesabaran dan ketaqwaan nya tinggi.

*15. ABYAD*

Apabila kedua syetan itu tak mampu menggoda manusia dengan godaan godaan diatas, di karenakan manusia tersebut memiliki tingkat ketaqwaan yang tinggi (para wali), maka ABYAD inilah yang akan turun tangan menggoda manusia setingkat para wali keimanan nya, dengan membiarkan manusia tersebut memiliki sebanyak banyak nya pengikut yang memuji nya, dengan mencari pengikut sang taqwa yang lemah iman tapi pintar akal nya, guna mengacaukan fikiran sang taqwa, dan mencari pengikut dari sang taqwa yang hati nya berpenyakit dengki dan tamak,sombong dan keras hati, yang inti nya sang taqwa akan di serang dan di goda melalui pengikut nya sendiri,hingga sang taqwa merasa tidak mampu untuk meluruskan pengikut nya tersebut, hingga ABYAD dapat mencampurkan kemusyrikan dalam ibadah sang taqwa secara halus dan sangat samar. Intinya mereka yang memiliki tingkat ketaqwaan yang tinggi harus berupaya sungguh sungguh agar selamat dari godaan syetan ABYAD.

*16. AWAR*

Yaitu yang menggoda kaum laki laki dengan menghangatkan kelamin dengan tiupannya, hingga mendorong untuk berzina, dan sebaliknya bagi yang telah menikah secara syariyyah, Wanita yang bukan muhrim akan di tambah kehangatan nya dari pada istri yang syah menurut hukum syari.

*17. WATSIN*

Yang merusak hati dan akal hingga rusak akhlak dan iman, karena ia dan kelompoknya menggoda bagi manusia yang tengah di timpa musibahdalam kelompok ini ada juga yang bernama TABBARUN, dia (tabbarun) akan membuat manusia yang kena musibah yang telah rusak akal dan iman nya, menganggap teriakan dan tangisan meratapi musibah, memukul mukul pipi atau lain sebagainya adalah sesuatu yang indah pada saat terkena musibah, maka gelaplah hati dan akal hingga tak jarang manusia mengambil keputusan yang sangat merugikan dirinya dan binasa tanpa membawa bekal iman sama sekali. Dan celakanya, musibah hanya bagaikan tontonan dan cerita pendek yang mudah dilupakan tanpa mengambil hikmah, yang pada akhirnya tak jarang musibah berulang dengan kejadian yang sama.

*18. AWAN*

Yang merupakan penggoda untuk para penguasa agar menjadi dzolim dan kawan setianya mendzolimi manusia, dengan mentalbiskan sesuatu yang haq dengan kebatilan, seingga kebatilan menjadi sesuatu yang lumrah dan wajar,seperti halnya KKN bertebaran di setiap manusia yang memiliki kekuasaan, berteriak atas nama ummat dan masyarakat yang sesungguh nya adalah hanya PAMRIH,
Bahkan Allah SWT dalam Al Qur'an telah menyindir dengan sindiran yang keras,
Firman Allah SWT: _KETIKA ORANG ORANG YANG DZOLIM ITU BERKATA, SESUNGGUH NYA KAMI TELAH BERBUAT KEBAJIKAN DAN ALLAH SWT MENJAWAB: SESUNGGUH NYA MEREKA ITULAH YANG MELAKUKAN KERUSAKAN (FASAD) AKAN TETAPI MEREKA TIDAK MENYADARI NYA._

Kami berlindung pada-Mu ya Allah, dari godaan syaithan yang terkutuk.

Wallahu a’lam bish shawwab.

By Ceramah Ust. M. Salman Al Kary
30 Januari 2018

Selasa, 30 Januari 2018

I'rob Hati

I'rob nya Hati ada 4 Macam

^باﺏ ﺍﻟﺄﺣﻜﺎﻡ^

ﻭﺇﻋﺮﺍﺏ ﺍﻟﻘﻠﻮﺏ ﻋﻠﻰ ﺃﺭﺑﻌﺔ ﺃﻧﻮﺍﻉ:
ﺭﻓﻊ , وﻓﺘﺢ , وﺧﻔﺾ , ﻭﻭﻗﻖ .

- I'robnya hati ada empat macam :
1. Rofa' (terangkat)
2. Fath (terbuka)
3. Khofadh (turun)
4. Waqof (berhenti/mati) .

ﻓﺮﻓﻊ ﺍﻟﻘﻠﺐ:
ﻓﻰ ﺫﻛﺮ ﺍﻟﻠﻪ .

وﻓﺘﺢ ﺍﻟﻘﻠﺐ:
ﻓﻰ ﺍﻟﺮﺿﺎﺀ ﻋﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ .

وﺧﻔﺾ ﺍﻟﻘﻠﺐ:
ﻓﻰ ﺍﻟﺎﺷﺘﻐﺎﻝ ﺑﻐﻴﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ .

وﻭﻗﻒ ﺍﻟﻘﻠﺐ:
ﻓﻰ ﺍﻟﻐﻔﻠﺔ ﻋﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ .

Rofa' (terangkat) nya hati adalah ketika dzikir kepada Allah,
Fath (terbuka) nya hati adalah ketika ridho kepada Allah,
Khofadz (turun) nya hati adalah ketika sibuk dengan selain Allah,
Waqof (berhenti/mati) nya hati adalah ketika lalai dari Allah .

ﻓﻌﻠﺎﻣﺔ ﺍﻟﺮﻓﻊ ﺛﻠﺎﺛﺔ ﺃﺷﻴﺎﺀ:
ﻭﺟﻮﺩ ﺍﻟﻤﻮﺍﻓﻘﺔ , وﻓﻘﺪ ﺍﻟﻤﺨﺎﻟﻔﺔ , ودوام ﺍﻟﺸﻮﻕ .

وﻋﻠﺎﻣﺔ ﺍﻟﻔﺘﺢ ﺛﻠﺎﺛﺔ ﺃﺷﻴﺎﺀ:
ﺍﻟﺘﻮﻛﻞ , وﺍﻟﺼﺪﻕ , وﺍﻟﻴﻘﻴﻦ .

- Tanda rofa' nya hati ada 3 :
1. Ada kecocokan
2. Hilangnya penyimpangan
3. Lestarinya kerinduan
- Tanda fath nya hati ada 3 :
1. Kepasrahan
2. Kejujuran
3. Keyakinan .

وﻋﻠﺎﻣﺔ ﺍﻟﺨﻔﺾ ﺛﻠﺎﺛﺔ ﺃﺷﻴﺎﺀ:
ﺍﻟﻌﺠﺐ , وﺍﻟﺮﻳﺎﺀ , وﺍﻟﺤﺮﺹ ﻭﻫﻮ ﻣﺮﻋﺎﺓ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ .
وﻋﻠﺎﻣﺔ ﺍﻟﻮﻗﻒ ﺛﻠﺎﺛﺔ ﺃﺷﻴﺎﺀ ؛
ﺯﻭﺍﻝ ﺣﻠﺎﻭﺓ ﺍﻟﻂﺎﻋﺔ , وﻋﺪﻡ ﻣﺮﺍﺭﺓ ﺍﻟﻤﻌﺼﻴﺔ , وﺍﻟﺘﺒﺎﺱ ﺍﻟﺤﻠﺎﻝ .

- Tanda khofadz nya (turunnya) hati ada 3 :
1. Bangga diri
2. Pamer
3. Tamak yaitu selalu memperhatikan dunia .

- Tanda waqof nya hati ada 3:
1. Hilangnya rasa manis dalam ketaatan .
2. Tiadanya rasa pahit dalam kemaksiatan .
3. Ketidak jelasan kehalalan .

Wallaahu a'lam .

ﻣﻨﻬﺎﺝ ﺍﻟﻌﺎبدين
ﻟﻠﺎﻣﺎﻡ ﺃﺑﻰ ﺣﺎﻣﺪ ﺍﻟﻐﺰﺍﻟﻰ .

( Imam Al Ghazali dalam kitab Minhajul 'abidiin

Kamis, 11 Januari 2018

Mendidik anak pada usia remaja dan kesalahan orang tua dalam mendidik anak

Lawas kada coret² di blog, sehabis wisuda hanyar ini sempat menulis.....

Dulu aku mengambil judul skripsi "Pendidikan Anak dalam Islam" alasan memilih judul itu karena cintanya sma anak kecil dan juga perihatin sma akhlak, pergaulan anak² zaman sekarang.
(Bahasa Banjar)  Lgi dahulu  tu amnx djlan tlak kuliah rancak bnar mmbahas maslah pendidikan anak lwan aa lailam. An jua hndak mendalami masalah pendidikan anak supaya menjadi bekal gasan saurang pribadi kainanya.

Mendidik anak itu dari dalam kandungan, tapi
Kalau mendidik anak pada usia remaja, tentunya berbeda dengan mendidik mereka di usia kanak-kanak. Banyak hal yang berubah pada anak kita ketika mereka memasuki usia remaja. Masa remaja ini masa penting yang dilalui anak-anak kita. Dan pada masa ini pula acapkali timbul gejolak yang membuat orangtua mengurut dada.

Sebagai orangtua, kita patut berkaca pada kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan dalam mendidik anak remaja. Dengan harapan tidak mengulangi lagi kesalahan tersebut. Apa saja kesalahan orangtua dalam mendidik remaja?

1.Orangtua tidak memahami perubahan yang terjadi pada anak ketika memasuki usia remaja

Ketika anak memasuki usia remaja (baligh), terjadi banyak perubahan dalam dirinya. Pada masa ini, anak sudah memiliki dorongan seksual, sehingga memiliki ketertarikan yang besar terhadap lawan jenis. Seringkali orangtua tidak siap menerima kenyataan ini. Alih-alih memberi pemahaman yang baik, malah memarahi anaknya ketika kedapatan jatuh cinta. Ada juga orangtua yang cuek dengan apa yang dilakukan anaknya, sehingga anaknya terjerumus pada pergaulan bebas.

Perubahan lainnya yang terjadi pada anak, saat menginjak usia remaja adalah perubahan hormonal dalam tubuhnya. Dampaknya, tumbuh jerawat, keringat menjadi lebih bau, doyan makan, mudah memberontak, emosi labil, dan terjadi pertumbuhan yang pesat pada tubuhnya. Seringkali orangtua tidak memahami ini sehingga tidak siap dengan perubahan yang terjadi. Akibatnya timbul konflik antara orangtua dan anak.

2.Masih menganggap remaja sebagai anak-anak

Remaja bukanlah anak-anak dan bukan juga manusia dewasa. Mereka sudah tidak mau diperlakukan sebagai anak kecil. Karena orangtua masih menganggap anak kecil, maka seringkali bersikap otoriter. Misalnya dalam pemilihan model pakaian. Acapkali orangtua masih senang memilihkan pakaian anak remaja sesuai seleranya dan tidak siap ketika mereka punya pilihan sendiri. Dari urusan pakaian ini bisa menjadi masalah runyam.

Orangtua yang masih menganggap anak remaja seperti masih anak-anak seringkali tidak memberi kesempatan kepada anak-anaknya untuk menentukan sebuah pilihan. Semua pilihan ditentukan oleh orangtua anak hanya menjalani.

3.Mengomel

Orangtua terutama ibu acapkali mudah untuk mengomeli anak.  Omelan biasanya disertai dengan luapan emosi, sehingga tidak bisa mengontrol kata-kata yang diucapkan. Bisa jadi kata-kata yang diucapkan ketika mengomel melukai hati anak, sehingga timbul amarah dalam diri anak. Jika dalam diri anak memendam amarah pada orangtua akan menjadi bom waktu yang sewaktu-waktu bisa meledak. Tentunya ini bukan kondisi yang baik bagi perkembangan anak remaja kita. Di samping itu, omelan orangtua akan menjatuhkan harga diri anak, apalagi jika disampaikan di depan orang lain walaupun anggota keluarganya.

4.Tidak menjalin komunikasi yang harmonis dengan remaja

Komunikasi adalah alat penting dalam berinteraksi dengan sesama manusia, termasuk dengan buah hati kita. Namun sayangnya, tidak sedikit orangtua yang tidak bisa menjalin komunikasi yang baik dengan anak-anaknya. Karena alasan sama-sama sibuk maka sulit berkomunikasi. Padahal dengan komunikasi yang sehat antara orangtua dan anak bisa memagari anak dari perilaku yang tidak baik.

Ketika anak kita menginjak usia remaja, banyak hal baru yang akan dialaminya. Sehingga mereka mudah galau dan memerlukan tempat untuk curhat. Apa jadinya jika komunikasi remaja dengan orangtuanya tersumbat. Mereka akan mencari tempat curhat yang lain. Kalau mereka menemukan sosok yang baik selain orangtuanya tidak jadi masalah, tapi jika menemukan sosok yang tidak baik bisa fatal akibatnya.

Ada contoh kasus, seorang remaja yang merasa kesepian di rumah. Kemudian ia mencari obat kesepian dengan nongkrong bersama teman-temannya. Kehadirannya disambut hangat oleh seorang gembong narkoba. Anak itu mendapatkan apa yang dicarinya, persahabatan, tempat curhat, dan perhatian yang semua itu tidak didapatnya di rumah. Singkat cerita, anak itu pun menjadi pecandu narkoba dan sekaligus pengedar narkoba. Masa mudanya hancur karena berawal dari masalah komunikasi.

5.Orangtua tidak berhasil membuang sampah dalam dirinya

Tekanan pekerjaan, beban hidup yang semakin berat,  dan letih menyebabkan kita menyimpan emosi yang siap meledak. Emosi itu adalah sampah dalam diri kita. Alangkah bahayanya jika kita membawa sampah itu ketika berinteraksi dengan buah hati. Kita menjadi mudah terpancing emosi dengan hal-hal sepele di hadapan anak kita. Bisa jadi anak-anak kita-lah tempat membuang sampah dalam diri kita. Mereka menjadi luapan emosi kita.

Apa yang mereka rasakan jika terus menerus menjadi tempat sampah orangtuanya? Marah, benci, merasa direndahkan, dendam, dan masih banyak lagi rasa yang bersemanyam dalam hati anak-anak itu. Rasa-rasa itulah yang mengantarkan anak remaja kita menjadi sosok yang bengal dan susah diatur.

6.Orangtua tidak berempati pada anak remajanya

Sekali lagi bahwa anak remaja kita akan mengalami banyak hal baru yang menyebabkan mereka kebingungan dengan diri sendiri. Acapkali orangtua tidak mau tahu dengan ketidak nyamanan anaknya. Sehingga anak-anak itu mencari solusi sendiri dengan resiko melangkah di luar rel kebenaran.

7.Haus akan prestasi anak. Banyak orangtua yang merasa sangat bahagia ketika anak-anaknya mendapat prestasi, terutama prestasi akademik

Sehingga orangtua menekan anak-anaknya untuk meraih prestasi gemilang. Anak-anak dipaksa untuk mengikuti berbagai les agar meraih prestasi. Hidup di bawah tekanan sangatlah tidak nyaman. Begitu pun dengan anak remaja kita. Mereka tidak nyaman dan akhirnya mereka berlari dari tekanan itu kepada hal-hal negatif misalnya narkoba, berselancar di internet, menikmati pornografi, dan lain sebagainya.

Setiap orang tua pasti selalu ingin yang terbaik bagi anaknya. Banyak hal yang dilakukan agar anak tersebut menjadi manusia yang berguna, bahkan orang tua selalu mengatakan bahwa anaknya harus lebih baik dari dirinya sendiri dalam berbagai hal, baik ilmunya, pendidikannya, rezekinya dan dalam segala hal. Namun kenyataannya secara sadar ataupun tidak, orang tua sering membuat kesalahan dalam mendidik putra-putrinya. Bagaimana cara mendidik anak yang benar?

Hindari cara mendidik anak yang salah berikut ini:

1. Kurang Pengawasan
Professor Robert Billingham, seorang pakar Human Development and Family Studies dari Indiana University mengatakan bahwa anak sekarang terlalu banyak bergaul di lingkungan yang semu di luar lingkungan keluarga dan itu merupakan hal buruk yang seharusnya mendapatkan perhatian dari orangtuanya. Jika kita orang tua yang sibuk bekerja, pastikan selalu mengunjungi anak di tempat penitipan anak atau sekolahnya secara rutin dan terencana. Jika pengawasan menjadi kurang, solusinya adalah kita harus mencari tempat penitipan lain yang memungkinkan kita dapat mengawasi anak. Jangan biarkan anak kita “di luar” sendirian, karena bagaimanapun anak  membutuhkan perhatian kita sebagai orang tua.

2. Gagal Mendengarkan
Charles Fay, Ph.D, seorang psikolog pernah mengatakan bahwa banyak orang tua yang terlalu lelah dalam memberikan perhatian pada anak dan cenderung kurang peduli pada apa yang anak-anak mereka ungkapkan. Misalnya saat seorang anak laki-laki pulang dengan mata yang terlihat lebam, pada umumnya orang tua langsung menanggapi kondisi anaknya tersebut dengan berlebihan, mengira-ngira si anak terkena benturan bola, atau bahkan berkelahi dengan temannya di sekolah. Tapi faktanya, orang tua tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi hingga anaknya sendiri yang bercerita.

3. Meluruskan Kesalahan Anak
Professor Robert Billingham mengatakan bahwa orang tua baiknya membiarkan terlebih dahulu jika anak melakukan suatu kesalahan, jangan langsung memvonisnya bersalah, biarkan anak Anda belajar dari kesalahannya agar kesalahan tersebut tidak terulang di lain waktu. Tentu saja maksud Billingham ini adalah jika kesalahan anak tidak membahayakannya jika dibiarkan terlebih dahulu, namun maksudnya adalah kesalahan kecil yang membuat anak bisa belajar mengatasinya. Bantu Anak kita untuk dapat mengatasi masalahnya sendiri.

4. Terlalu Berlebihan
Menurut Judy Haire, seorang pakar yang sudah menangani berbagai masalah anak, banyak orang tua yang banyak menghabiskan waktu untuk dirinya sendiri. Tapi sangat sedikit yang meluangkan waktu bersama anaknya. Seorang ibu bisa bermake-up atau berfacebookan berjam-jam dan hanya punya sedikit waktu untuk anaknya sendiri. Luangkan waktu yang lebih banyak untuk mendampingi anak agar dapat memacu dan menumbuhkan kretifitas pada anak.

5. Bertengkar Dihadapan Anak
Menurut psikiater ternama Sara B. Miller, Ph.D., perilaku orang tua yang sangat  mempengaruhi dan merusak mental anak adalah bertengkar dihadapan anak. Ketika orang tua bertengkar di hadapan anak, khususnya jika anak adalah anak lelaki, maka nantinya anak tersebut mejadi pria dew,asa yang tidak sensitif yang tidak dapat menjalin hubungan dengan wanita dengan cara yang sehat. Sebaiknya jika orang tua sedang bertengkar seharusnya mereka tidak memperlihatkannya pada anak-anak yang ada di sekitar mereka. Wajar saja bila orang tua bertengkar dan memiliki perbedaan pendapat pendapat tetapi sebisa mungkin harus dilakukan tanpa amarah, karena hal itu dapat menimbulkan perasaan tidak aman dan rasa takut bagi anak.

6. Tidak Konsisten
Anak harus menyadari peran orang tua mereka. Oleh sebab itu orang tua harus konsisten dengan ucapannya. Cara mendidik anak saat ini sering bertolak belakang antara ucapan dan perbuatan orang tua. Saat anak meminta jajan makanan yang tidak sehat baginya, orang tua jelas melarang. Namun saat anaknya terus saja merengek dan menangis, akhirnya orang tua menyerah dan memberikan uang pada si anak untuk membeli makanan tersebut. Ini tidak baik bagi psikologis anak, dalam fikirannya akan tertanam bahwa orang tuanya tidak konsisten. Nanti jika ia menginginkan hal lain dari orang tuanya, ia akan melakukan hal yang sama dan terus menerus hingga usianya bertambah.

7. Mengabaikan Tuntunan Islam Dalam Mendidik Anak
Kebanyakan orangtua sekarang tidak mempunyai bekal ilmu syar'i untuk mendidik anak sehingga anak jarang mendapatkan sentuhan-sentuhan nilai Islami. Sangat penting dalam masa keemasan ini anak sudah diberikan pemahaman mana yang baik dan buruk menurut Islam sehingga tertanam dalam jiwanya ruh keIslaman.

8. Terlalu Banyak Nonton TV
Neilsen Media Research melaporkan bahwa anak-anak di Amerika dengan usia 2-11 tahun menghabiskan waktunya untuk menonton TV 3 jam dan 22 menit dalam sehari. Saya rasa di Indonesia juga tidak jauh berbeda, bahkan sebagian anak lebih lama dari itu dalam menyaksikan siaran TV. Terlalu banyak Menonton TV akan membuat anak jadi malas dalam belajar. Ironisnya, banyak orang tua cenderung membiarkan anak mereka berlama-lama di depan TV, hal itu mereka lakukan daripada mengganggu aktifitas mereka sebagai orang tua. Jika demikian, semua acara TV yang negatif dan tidak sesuai dengan usia anak juga akan masuk pada kepala dan orang tua tidak akan bisa memfilternya. Dampingi anak kits saat menonton TV dan pilihkan acara yang sesuai dengan usianya dan batasi kegiatannya dalam menonton TV setiap hari.

9. Segalanya Diukur Dengan Materi
Anak membutuhkan quality time bersama orangtuanya. Tidak cukup hanya memberi anak berbagai benda dan mainan yang bisa mereka koleksi. Karena anak juga membutuhkan orang tua untuk mendengarkan mereka dibandingkan dengan kita memberinya sesuatu dan diam. Ini berdampak kurang baik bagi psikologis anak.

::: Kesalahan-kesalahan Dalam Mendidik Anak :::

Anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya. Maka, kita sebagai orang tua bertanggung jawab terhadap amanah ini. Tidak sedikit kesalahan dan kelalaian dalam mendidik anak telah menjadi fenomena yang nyata. Sungguh merupakan malapetaka besar ; dan termasuk menghianati amanah Allah Ta'ala. Adapun rumah, adalah sekolah pertama bagi anak. Kumpulan dari beberapa rumah itu akan membentuk sebuah bangunan masyarakat. Bagi seorang anak, sebelum mendapatkan pendidikan di sekolah dan masyarakat, ia akan mendapatkan pendidikan di rumah dan keluarganya. Ia merupakan prototype kedua orang tuanya dalam berinteraksi sosial. Oleh karena itu, disinilah peran dan tanggung jawab orang tua, dituntut untuk tidak lalai dalam mendidik anak-anak.

BAHAYA LALAI DALAM MENDIDIK ANAK

Orang tua memiliki hak yang wajib dilaksanakan oleh anak-anaknya. Demikian pula anak, juga mempunyai hak yang wajib dipikul oleh kedua orang tuanya. Disamping Allah memerintahkan kita untuk berbakti kepada kedua orang tua. Allah juga memerintahkan kita untuk berbuat baik (ihsan) kepada anak-anak serta bersungguh-sungguh dalam mendidiknya. Demikian ini termasuk bagian dari menunaikan amanah Allah. Sebaliknya, melalaikan hak-hak mereka termasuk perbuatan khianat terhadap amanah Allah. Banyak nash-nash syar’i yang mengisyaratkannya. Allah berfirman.

“Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya” [An-Nisa : 58]

“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhamamd) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui” [Al-Anfal : 27]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban terhadap yang dipimpin. Maka, seorang imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin bagi keluarganya dan bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya” [Hadits Riwayat Al-Bukhari]

“Artinya : Barangsiapa diberi amanah oleh Allah untuk memimpin lalu ia mati (sedangkan pada) hari kematiannya dalam keadaan mengkhianati amanahnya itu, niscaya Allah mengharamkan sorga bagianya” [Hadits Riwayat Al-Bukhari]

Meskipun banyak orang tua yang mengetahui, bahwa mendidik anak merupakan tanggung jawab yang besar, tetapi masih banyak orang tua yang lalai dan menganggap remeh masalah ini. Sehingga mengabaikan masalah pendidikan anak ini, sedikitpun tidak menaruh perhatian terhadap perkembangan anak-anaknya.

Baru kemudian, ketika anak-anak berbuat durhaka, melawan orang tua, atau menyimpang dari aturan agama dan tatanan sosial, banyak orang tua mulai kebakaran jenggot atau justru menyalahkan anaknya. Tragisnya, banyak yang tidak sadar, bahwa sebenarnya orang tuanyalah yang menjadi penyebab utama munculnya sikap durhaka itu.

Lalai atau salah dalam mendidik anak itu bermacam-macam bentuknya ; yang tanpa kita sadari memberi andil munculnya sikap durhaka kepada orang tua, maupun kenakalan remaja.

Berikut ini bentuk kesalahan yang sering dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak-anaknya.

[1]. Menumbuhkan Rasa Takut Dan Minder Pada Anak

Kadang, ketika anak menangis, kita menakut-nakuti mereka agar berhenti menangis. Kita takuti mereka dengan gambaran hantu, jin, suara angin dan lain-lain. Dampaknya, anak akan tumbuh menjadi seorang penakut : Takut pada bayangannya sendiri, takut pada sesuatu yang sebenarnya tidak perlu ditakuti. Misalnya takut ke kamar mandi sendiri, takut tidur sendiri karena seringnya mendengar cerita-cerita tentang hantu, jin dan lain-lain.

Dan yang paling parah tanpa disadari, kita telah menanamkan rasa takut kepada dirinya sendiri. Atau misalnya, kita khawatir ketika mereka jatuh dan ada darah di wajahnya, tangan atau lututnya. Padahal semestinya, kita bersikap tenang dan menampakkan senyuman menghadapi ketakutan anak tersebut. Bukannya justru menakut-nakutinya, menampar wajahnya, atau memarahinya serta membesar-besarkan masalah. Akibatnya, anak-anak semakin keras tangisnya, dan akan terbiasa menjadi takut apabila melihat darah atau merasa sakit.

[2]. Mendidiknya Menjadi Sombong, Panjang Lidah, Congkak Terhadap Orang Lain. Dan Itu Dianggap Sebagai Sikap Pemberani.

Kesalahan ini merupakan kebalikan point pertama. Yang benar ialah bersikap tengah-tengah, tidak berlebihan dan tidak dikurang-kurangi. Berani tidak harus dengan bersikap sombong atau congkak kepada orang lain. Tetapi, sikap berani yang selaras tempatnya dan rasa takut apabila memang sesuatu itu harus ditakuti. Misalnya : takut berbohong, karena ia tahu, jika Allah tidak suka kepada anak yang suka berbohong, atau rasa takut kepada binatang buas yang membahayakan. Kita didik anak kita untuk berani dan tidak takut dalam mengamalkan kebenaran.

[3]. Membiasakan Anak-Anak Hidup Berfoya-foya, Bermewah-mewah Dan Sombong.

Dengan kebiasaan ini, sang anak bisa tumbuh menjadi anak yang suka kemewahan, suka bersenang-senang. Hanya mementingkan dirinya sendiri, tidak peduli terhadap keadaan orang lain. Mendidik anak seperti ini dapat merusak fitrah, membunuh sikap istiqomah dalam bersikap zuhud di dunia, membinasakah muru’ah (harga diri) dan kebenaran.

[4]. Selalu Memenuhi Permintaan Anak

Sebagian orang tua ada yang selalu memberi setiap yang diinginkan anaknya, tanpa memikirkan baik dan buruknya bagi anak. Padahal, tidak setiap yang diinginkan anaknya itu bermanfaat atau sesuai dengan usia dan kebutuhannya. Misalnya si anak minta tas baru yang sedang trend, padahal baru sebulan yang lalu orang tua membelikannya tas baru. Hal ini hanya akan menghambur-hamburkan uang. Kalau anak terbiasa terpenuhi segala permintaanya, maka mereka akan tumbuh menjadi anak yang tidak peduli pada nilai uang dan beratnya mencari nafkah. Serta mereka akan menjadi orang yang tidak bisa membelanjakan uangnya dengan baik.

[5]. Terlalu Keras Dan Kaku Dalam Menghadapi Mereka, Melebihi Batas Kewajaran.

Misalnya dengan memukul mereka hingga memar, memarahinya dengan bentakan dan cacian, ataupun dengan cara-cara keras lainnya. Ini kadang terjadi ketika sang anak sengaja berbuat salah. Padahal ia (mungkin) baru sekali melakukannya.

[6]. Terlalu Pelit Pada Anak-Anak, Melebihi Batas Kewajaran

Ada juga orang tua yang terlalu pelit kepada anak-anaknya, hingga anak-anaknya merasa kurang terpenuhi kebutuhannya. Pada akhirnya mendorong anak-anak itu untuk mencari uang sendiri dengan bebagai cara. Misalnya : dengan mencuri, meminta-minta pada orang lain, atau dengan cara lain. Yang lebih parah lagi, ada orang tua yang tega menitipkan anaknya ke panti asuhan untuk mengurangi beban dirinya. Bahkan, ada pula yang tega menjual anaknya, karena merasa tidak mampu membiayai hidup. Naa’udzubillah mindzalik

[7]. Tidak Mengasihi Dan Menyayangi Mereka, Sehingga Membuat Mereka Mencari Kasih Sayang Diluar Rumah Hingga Menemukan Yang Dicarinya.

Fenomena demikian ini banyak terjadi. Telah menyebabkan anak-anak terjerumus ke dalam pergaulan bebas –waiyadzubillah-. Seorang anak perempuan misalnya, karena tidak mendapat perhatian dari keluarganya ia mencari perhatian dari laki-laki di luar lingkungan keluarganya. Dia merasa senang mendapatkan perhatian dari laki-laki itu, karena sering memujinya, merayu dan sebagainya. Hingga ia rela menyerahkan kehormatannya demi cinta semu.

[8]. Hanya Memperhatikan Kebutuhan Jasmaninya Saja.

Banyak orang tua yang mengira, bahwa mereka telah memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Banyak orang tua merasa telah memberikan pendidikan yang baik, makanan dan minuman yang bergizi, pakaian yang bagus dan sekolah yang berkualitas. Sementara itu, tidak ada upaya untuk mendidik anak-anaknya agar beragama secara benar serta berakhlak mulia. Orang tua lupa, bahwa anak tidak cukup hanya diberi materi saja. Anak-anak juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Bila kasih sayang tidak di dapatkan dirumahnya, maka ia akan mencarinya dari orang lain.

[9]. Terlalu Berprasangka Baik Kepada Anak-Anaknya

Ada sebagian orang tua yang selalu berprasangka baik kepada anak-anaknya. Menyangka, bila anak-anaknya baik-baik saja dan merasa tidak perlu ada yang dikhawatirkan, tidak pernah mengecek keadaan anak-anaknya, tidak mengenal teman dekat anaknya, atau apa saja aktifitasnya. Sangat percaya kepada anak-anaknya. Ketika tiba-tiba, mendapati anaknya terkena musibah atau gejala menyimpang, misalnya terkena narkoba, barulah orang tua tersentak kaget. Berusaha menutup-nutupinya serta segera memaafkannya. Akhirnya yang tersisa hanyalan penyesalan tak berguna.

Dizaman yang serba canggih ini banyak tantangan Orangtua Dalam Mendidik Anak.

Banyak yang menyatakan tantangan orangtua masa kini adalah kemajuan teknologi yang membuat pola pikir dan sikap anak sekarang jauh berbeda dengan anak zaman dulu. Benarkah demikian?

Mungkin hal tersebut benar menjadi salah satu tantangan zaman, akan tetapi sebenarnya banyak hal yang lebih bersifat internal yang perlu disadari sebagai tantangan orangtua dalam pendidikan putra-putrinya:

1. Kurangnya ilmu parenting

Yap, banyak orangtua yang masih tak paham pentingnya ilmu dalam mendidik anak. Ada yang mendidik anak dengan kekerasan berupa bentakan, pukulan, hardikan, padahal kekerasan hanya akan merusak mental anak.

Ada pula orangtua yang terlalu memanjakan anak hingga anak tak punya kemampuan untuk hidup mandiri sampai ia dewasa.

Ilmu parenting perlu dipelajari oleh setiap orangtua, terutama yang terkait dengan parenting kekinian. Kurangnya ilmu merupakan tantangan terbesar orangtua dalam mendidik anak-anaknya.

Bayangkan betapa mengerikannya jika kita salah mendidik, salah pola asuh, sehingga anak bukannya menjadi aset ke surgaNya, tapi justru malah menjadi beban karena ketidakbecusan kita mendidiknya.

2. Abai terhadap kehalalan sumber rezeki dan makanan anak

Ini adalah tantangan internal selanjutnya. Sudahkah kita sebagai orangtua konsen penuh terhadap kehalalan sumber rezeki dan makanan yang masuk ke perut anak?

Bagaimana mungkin kita berharap anak menjadi shaleh jika salah memberinya makanan haram?

3. Kurangnya kemampuan berkomunikasi dengan anak

Faktor internal lainnya adalah kurangnya kemampuan dan kemauan orangtua untuk berkomunikasi dengan anak. Banyak orangtua yang berkomunikasi satu arah saja seperti bos dengan anak buahnya.

Orangtua ingin anak jadi penghafal quran, langsung menjebloskan anak ke pesantren tanpa menanyakan persetujuan anak terlebih dulu. Walaupun niatnya baik, tapi cara keliru seperti ini justru rawan untuk mental anak. Ia akan merasa seperti robotnya orangtua, dikhawatirkan perkembangan mentalnya bisa terganggu di masa mendatang.

4. Kemajuan teknologi

Banyak orangtua yang alih-alih memanfaatkan teknologi untuk mendidik anak, namun malah justru menjauhkan anak sama sekali dari teknologi. Padahal anak-anak nantinya akan menghadapi persaingan berat yang memerlukan kecakapan dalam penguasaan teknologi.

Orangtua perlu bersikap bijak dalam hal ini. Agar anak-anak tak lantas jadi gaptek dan tak mempunyai kemampuan ketika dewasa kelak.

Semoga bermanfaat,  Wallahu a’lam bishshawab.

Gairah Cinta dan Kelesuan Ukhuwah

Sebait Catatan Nasihat
Ustadz Rahmat Abdullah (rahimahullah)
"Gairah Cinta dan Kelesuan Ukhuwah"
Setiap kita akan senantiasa diuji oleh Allah SWT pada titik-titik kelemahan kita.
Orang yang lemah dalam urusan uang namun kuat terhadap fitnah jabatan dan wanita, tidak akan pernah diuji dengan wanita atau jabatan.
Tetapi orang yang lemah dalam urusan wanita namun kuat dalam urusan uang, tidak akan pernah diuji dengan masalah keuangan.
Orang yang mudah tersinggung dan gampang marah akan senantiasa dipertemukan oleh Allah dengan orang yang akan membuatnya tersinggung dan marah sampai ia bisa memperbaiki titik kelemahannya itu sehingga menjadi tidak mudah tersinggung dan tidak pemarah.
Orang yang selalu berlambat-lambat menghadiri pertemuan forum dakwah karena alasan istri, anak, mertua, atau tamu akan senantiasa dipertemukan dengan perkara ‘mertua datang, tamu datang silih berganti’ di saat ia akan berangkat... terus begitu sampai ia memilih prioritas bagi aktivitasnya apakah kepada dakwah atau kepada perkara-perkara lain.
Kita semua harus memahami dan mengatasi segala kelemahan diri di jalan dakwah ini. Ingatlah, mushaf Al-Quran tidak akan pernah terbang sendiri kemudian datang dan memukuli orang-orang yang bermaksiat.
Sungguh teramat merugi... mereka yang mengikuti hawa nafsu kemudian pergi meninggalkan kebersamaan dlm dakwah ilallah, tanpa mau bersabar sebentar dalam ujian keimanan. Tanpa mau mencoba bertahan sebentar dalam dekapan ukhuwah..
Dan sungguh, Kecewa itu biasa dan 'manusiawi' yang luar biasa, siapa saja yang mampu beristighfar dan lalu berlapang dada serta bertawakkal pada-Nya.
Memang... Dakwah ini berat... karenanya ia hanya mampu dipikul oleh mereka yang :
1. Memiliki hati sekuat baja.
2. Memiliki kesabaran lebih panjang dari usianya.
3. Memiliki kekuatan yang berlipat.
4. Memiliki keihklasan dalam beramal yang meninggi.
5. Memiliki ketabahan seluas lautan, memiliki keyakinan sekokoh pegunungan.
Siapapun tak akan pernah bisa bertahan...melalui jalan dakwah ini... mengarungi jalan perjuangan... kecuali dengan KESABARAN!!!
Karenanya... Tetaplah disini... dijalan ini...bersama kafilah dakwah ini. Seberat apapun perjalanan yang harus ditempuh... Sebesar apapun pengorbanan untuk menebusnya...tetaplah disini...
Buanglah hawa nafsu dalam mengarungi perjalanannya, karena telah banyak yang bergugugran karenanya.
Gandenglah selalu iman kemana saja kita melangkah, karena iman akan menjagamu setiap waktu. Seburuk apapun, sekeruh apapun kondisi kapal layar kita, jangan lah sekali-kali mencoba untuk keluar dari kapal layar ini dan memutuskan berenang seorang diri... karena pasti kau akan kelelahan dan memutuskan menghentikan langkah yang pada akhirnya tenggelam di samudera kehidupan...
Jika bersama dakwah saja... kau serapuh itu...Bagaimana mungkin dengan seorang diri?? Sekuat apa kau jika seorang diri?

Kamis, 09 Juni 2016

Walimatul 'urs dalam tuntunan syariah

WALIMATUL ‘URS DALAM TUNTUNAN SYARIAH
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

Pernikahan, secara syar’i adalah ibadah; dan secara ma’nawi merupakan penyatuan dua potensi fitrah yang berbeda untuk diikat dan dihimpun dalam kebersamaan sebagai wujud kecintaan dan pelaksanaan ketaatan kepada Allah swt dan Rasul-Nya.

Pernikahan adalah sebuah amanah langsung dari Allah dan RasulNya, dan setiap amanat menuntut tanggung jawab.

Betapa luar biasanya aqad nikah ini, sekalipun dengan ucapan yang sederhana, dengan adanya aqad nikah, perbuatan yang semula diharamkan menjadi halal, perbuatan yang semula bernilai maksiyat, berubah menjadi ibadah. Dalam kaitan nikah ini Allah berfirman:

“…. Dan mereka (isteri-isteri) telah mengambil dari kalian penjanjian yang kuat.” (QS. An-Nisa’: 21)

Pernikahan adalah sebuah perjanjian teguh (mitsaqan ghalizha). Jelaslah bahwa pernikahan ini bukan suatu senda gurau karena sejajar dengan perjanjian Allah dengan Bani Israil dan sejajar pula dengan perjanjian Allah dengan para Nabi yang mulia.

Dalam perjalanannya Bani Israil gagal menunaikan amanah karena adanya ketidakjujuran dan khianat terhadap amanat, sedangkan para Nabi berhasil dengan izin Allah karena dilandasi sifat kejujuran (shiddiq) dan berlaku benar dalam menu-naikan amanah. Dengan demikian pernikahan itu bisa gagal ataupun berhasil sangat bergantung pada sifat yang melandasi ikatan dan bangunan keluarga berdua.

Penghargaan Islam terhadap ikatan pernikahan amat besar, sehingga ikatan itu ditetapkan sebanding dengan separuh agama. Anas bin Malik ra berkata, “Telah bersabda Rasulullah saw : Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi”. (Hadist Riwayat Thabrani dan Hakim).

Karenanya pula, Islam sebagai diin yang sempurna telah mengatur masalah pernikahan dengan sangat rinci, dari mulai memilih pasangan, khitbah, akad nikah maupun setelah akad nikah, kewajiban suami istri, termasuk di dalamnya walimatul ‘urs. Apa yang dimaksud dengan walimatul ‘urs dan bagaimana Islam mengatur masalah ini ?

Walimatul ‘Urs

Kata walimah (الوليمة) diambil dari kata asal walmun (الولم) yang berarti perhimpunan, karena pasangan suami isteri (pada ketika itu) berkumpul sebagaimana yang dikatakan oleh imam az-Zuhri dan selainnya. Bentuk kata kerjanya adalah awlama (أولم) yang bermakna setiap makanan yang dihidangkan untuk menggambarkan kegembiraan (ketika pernikahan).

Dan walimatul urus (ووليمة العرس) adalah sebagai tanda pengumuman (majlis) untuk pernikahan yang menghalalkan hubungan suami isteri dan perpindahan status kepemilikan. (Imam Muhammad bin Ismail ash-Shan’ani, Subulus Salam Syarah Bulughul Maram, 3/153-154)

Menurut Imam Ibnu Qudamah dan Syaikh Abu Malik Kamal as-Sayyid Salim, “Al-Walimah merujuk kepada istilah untuk makanan yang biasa disajikan (dihidangkan) pada upacara (majlis) perkawinan secara khusus.” (Ibnu Qudamah, al-Mughni, 15/486 – Maktabah Syamilah. Abu Malik Kamal as-Sayyid Salim, Shahih Fiqhus Sunnah wa Adillatuhu wa Taudhih Mazahib al-Arba’ah, 3/182 – Maktabah at-Tauqifiyyah, Cairo).

Kalangan mazhab Ahmad dan selainnya menyatakan, bahwa walimah merujuk kepada segala bentuk makanan yang dihidangkan untuk merayakan kegembiraan yang berlangsung. (Ibnu Qudamah, al-Mughni)

Dari penjelasan di atas dapat kita fahami bahwa yang dimaksudkan dengan walimatul ‘urs itu adalah jamuan makan yang diadakan untuk merayakan pernikahan pasangan pengantin.

Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Anas radhiyallahu ‘anhu, di mana beliau berkata, “Ketika tiba waktu pagi hari setelah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjadi seorang pengantin dengannya (Zainab bin Jahsy), beliau mengundang masyarakat, lalu mereka dijamu dengan makanan dan setelah itu mereka pun keluar.” (HR Bukhari).

Sabda Nabi SAW kepada ‘Abdurrahman bin ‘Auf ketika baru saja menikah, “Laksanakanlah walimah walaupun hanya dengan seekor kambing.” (Hadis Riwayat al-Bukhari). Anas ra berkata : “Ketika Rasulullah SAW menikahi seorang perempuan, beliau meminta aku supaya mengundang beberapa orang (lelaki) untuk makan.” (HR Bukhari)

Walimatul ‘urs ini juga merupakan salah satu uslub untuk mengumumkan pernikahan kepada khalayak, agar tidak menimbulkan syubhat (kecurigaan) dari masyarakat yang mengira orang yang sudah melakukan akad nikah tersebut melakukan perbuatan yang tidak dibolehkan syara’.

Disamping pernikahan merupakan perbuatan yang haq untuk diumumkan dan layak diketahui masyarakat, juga dapat menjadi perangsang bagi orang-orang yang lebih suka membujang agar segera menikah.

Dalil tentang keharusan untuk menghilangkan yang subhat adalah penjelasan Rasulullah terhadap orang-orang yang mencurigainya tatkala beliau bersama istrinya Shafiyyah bint Huyay; Diriwayatkan dari ’Ali bin Abi al-Husayn (ia menuturkan):

”Bahwa Shafiyyah binti Huyay, salah seorang istri Nabi SAW, telah memberitahu kepadanya, sementara Rasusullah saw sedang melakukan i’tikaf di masjid pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Shafiyyah lantas bercakap-cakap dengan Nabi saw beberapa saat pada waktu isya. Setelah itu, Shafiyyah berdiri untuk kembali maka Rasulullah pun berdiri dan mengantarnya. Hingga saat sampai di pintu mesjid dekat tempat tinggal Ummu Salamah, istri Nabi saw, ada orang dari kalangan Anshor melewati mereka. Kedua orang itu pun mengucapkan salam kepada Nabi saw.

Mereka kemudian bergegas pergi. Rasulullah saw berseru kepada keduanya: ”Pelan-pelan saja sesungguhnya ini adalah Shafiyyan binti Huyay”. Kedua orang itu pun berkata: ”Mahasuci Allah! Duhai Rasulullah”. Apa yang dikatakan oleh Nabi saw telah membuat keduanya merasa berdosa. Nabi pun bersabda: ”Sesengguhnya syetan menggoda anak Adam melalui peredaran darahnya. Dan aku khawatir, setan akan menyelusupkan prasangka buruk ke dalam hati kalian berdua.” (Muttafaq ’alayhi)
Dari Aisyah RA, bahwa Nabi SAW bersabda: ”Umumkan (syiarkan) nikah ini dan adakanlah di masjid-masjid, dan pukullah untuknya rebana-rebana” (HR. Ahmad dan Tirmidzi, hadits Hasan)

Mengumumkan (menyiarkan) pernikahan boleh dilaksanakan dengan cara apapun tergantung kemampuan masing-masing, karena hal ini berkaitan dengan masalah teknis (uslub). Yang pasti tujuannya adalah memberi tahu kepada orang disekitar kita, tetangga, kerabat, kenalan, dll, mengenai telah berlangsungnya pernikahan. Jika belum mampu menyelenggarakan undangan makan (walimah), menyiarkan akad bisa dilakukan dengan cara bersilaturrahmi ke kerabat atau kenalan sambil memperkenalkan pasangan, mencetak kartu dan mengirimkannya atau dengan cara lainnya. Hanya saja yang dicontohkan oleh Rasulullah saw adalah mengumumkan akad dengan cara mengundang orang-orang serta meyediakan hidangan untuk para undangan, atau dengan kata lain dengan cara mengadakan walimatul-urs.

Walimah dalam hal ini tidak dimaksudkan untuk berpesta pora dan bermegah-megahan, tetapi yang ingin dicapai dari walimah tersebut adalah mengumumkan pernikahan dan wujud syukur dari mempelai dan keluarga karena telah menyempurnakan separuh dari agama, terlebih lagi jika mendapatkan istri yang sholihah, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW, yang diriwayatkan oleh Tabrani dan Hakim “ Barangsiapa yang diberi rizki oleh Allah seorang istri yang sholeh, sesungguhnya telah ditolong separuh agamanya, dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah pada separuh lainnya”. Selain itu walimah juga bertujuan untuk memohon do’a dari para undangan, agar pernikahan tersebut mendapat keberkahan dan menjadi keluarga yang sakinah mawaddah dan rahmah. Walimah juga dapat dianggap sebagai wasilah untuk mensyiarkan hukum-hukum Allah, sebagai satu rangkaian yang menyertai pernikahan dan mempunyai tujuan yang mulia, yaitu beribadah kepada Allah dan mengharapkan ridho Allah SWT.

Walimah Menurut Tuntunan Syari’at

“Imam Ahmad berkata, “Walimah itu hukumnya sunnah”. Menurut jumhur, walimah itu disunnahkan (mandub). Jumhur mengatakan hukumnya sunnah berdasarkan pendapat asy-Syafi’i rahimahullah.” (Subulus Salam, jil. 2). Demikian pula pendapat Ibnu Qudamah rahimahullah: “Tiada perbedaan pendapat di antara ahli ilmu, bahawasanya hukum walimah di dalam majlis perkawinan adalah sunnah dan disyari’atkan (sangat dituntut), bukan wajib.” (Ibnu Qudamah, al-Mughni)

Walimah dilaksanakan dan diselenggarakan oleh Suami. Ini adalah sebagaimana perbuatan yang telah dilakukan Rasulullah SAW dan diikuti oleh para sahabat-sahabatnya yang lain. Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Ketika Rasulullah SAW menikahi seorang perempuan, beliau mengutus aku untuk mengundang beberapa orang untuk makan.” (HR Bukhari, Tirmidzi)

Juga dari Anas ra, Abdurrahaman berkata : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku baru saja menikah dengan seorang wanita dengan mahar satu nawat emas (emas sebesar biji kurma)”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Semoga Allah memberkahimu, adakanlah walimah walau pun hanya dengan menyembelih seekor kambing”.” (HR Bukhari, no. 5169).

Walau pun begitu, tidak disyaratkan dalam walimah harus dengan menyembelih seekor kambing tetapi ia dilakukan sesuai dengan kemampuan suami. Karena Rasulullah SAW sendiri pernah melaksanakan walimah untuk Shafiyah dengan menyediakan campuran kurma tanpa biji yang dicampur dengan keju dan tepung di atas sumbangan para sahabat yang hadir. (HR Bukhari)

Mengingat pentingnya posisi walimah sebagai bagian dari ibadah kepada Allah SWT dan juga sebagai bukti kecintaan kita kepada Rasulullah SAW, maka dalam pelaksanaannya haruslah sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, tidak dibolehkan menyimpang dari aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah dan RasulNya. Karenannya Islam telah mengaturnya dengan sedemikian rinci, antara lain :

1. Prosesi walimah haruslah bersih dari hal-hal yang tidak sesuai dengan aturan Islam. Terhindar dari hal-hal yang mengandung kemusyrikan atau khurafat. Di dalam masyarakat kita saat ini terdapat beberapa adat dan kebiasaan dalam melaksanakan rangkaian prosesi pernikahan yang dapat menjerumuskan pelakunya kepada tindakan penyekutuan terhadap Allah SWT.

Semua amal yang akan merusak aqidah dan bertentangan dengan Islam harus ditinggalkan. Menyediakan sesajen misalnya agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, dihiasi dengan ritual tertentu yang merupakan adat suatu daerah yang mengandung makna tertentu, seperti menginjak telur, sawer dan sebagainya. Atau perhitungan calon pengantin apakah jodohnya baik atau buruk, dengan perhitungan weton (tanggal lahir keduanya) atau kebiasaan menentukan hari baik untuk pesta, perhitungan ini dilakukan oleh seorang dukun atau ’orang pintar’. “Barang siapa yang mendatangi dukun atau paranormal dan percaya kepada ucapannya maka ia telah mengkufuri apa yang telah diturunkan oleh Allah kepada Muhammad Saw.” (HR. Abu Daud).

2. Tidak menghadirkan hiburan yang dilarang oleh Allah SWT, terlebih lagi jika disertai minum-minum atau makan yang diharamkan Allah SWT. Sekalipun memang adanya hiburan bukan merupakan suatu yang dilarang, asalkan tidak bertentangan dengan aturan Islam. Dari Amir bin Sa’ad dia berkata:

“Saya masuk ke rumah Quradhah bin Ka’ab ketika hari pernikahan Abu Mas’ud Al-Anshori. Tiba-tiba beberapa anak perempuan bernyanyi-nyanyi.” Lalu saya bertanya; bukankah anda berdua adalah shahabat Rasulullahsaw dan pejuang Badar, mengapa ini terjadi di hadapan anda? Maka jawab mereka: “Jika anda suka, maka boleh anda mendengarnya bersama kami, dan jika anda tidak suka maka boleh anda pergi. Karena kami diberi kelonggaran untuk mengadakan hiburan pada acara perkawinan.” (HR. Nasa’I dan Hakim).

‘Aisyah mengiringi Fathimah binti As’ad dengan disertai pula oleh Nabith bin Jabir Al-Anshari pada hari-hari pengantinnya ke rumah suaminya. Lalu Nabi saw bersabda: “Wahai “Aisyah mengapa tidak kamu sertai dengan hiburan? Sesungguhnya orang-orang Anshar senang hiburan.” (HR. Bukhari, Ahmad dll).

Hanya saja hiburan ini wajib dijauhkan dari hal-hal yang dilarang, seperti; bercampur baur antara laki-laki dan perempuan (ikhtilath), tarian dan gerakan yang dapat membangkitkan syahwat (pornoaksi), perkatan (syair) yang keji dan kotor yang tidak pantas untuk didengar. Demikian pula penggunaan alat musik, patut diperhatikan lagu atau instrumen yang dihasilkannya, tidak mengandung nilai-nilai yang bertentangan dengan Islam, seperti musik degung (disertai keyakinan akan keberkahan dari lagu-lagu yang dimainkan), organ tunggal dengan lagi-lagu cinta yang merangsang, dll.

Sebaliknya hiburan yang disajikan selayaknya dapat menggugah para hadirin untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, menggugah semangat untuk berkorban dan berjihad di jalan Allah , atau lagu-lagu yang dapat menumbuhkan kecintaan kepada Allah dan RasulNya, mengingat akan kebesaran dan kenikmatan Allah SWT, seperti halnya irama nasyid. Karena itu walimah tidak hanya digunakan sebagai sarana untuk berkumpul dan memenuhi undangan makan, sekaligus juga dapat memberi nilai tambah terhadap para hadirin untuk menjadi hamba Allah yang lebih bersyukur atas segala kenikmatan yang telah dianugerahkan kepada semuanya, termasuk keberkahan dari acara walimah tersebut.

3. Adanya pengantin, khususnya pengantin perempuan yang berdandan cantik dan dilihat oleh seluruh tamu undangan, termasuk laki-laki. Tindakan ini merupakan pelanggaran terhadap hukum tabarruj (terlebih lagi jika pengantin perempuan tidak menutup aurat). Islam memerintahkan kepada para perempuan untuk menutup aurat dengan sempurna (QS An Nur 31 dan Al Ahzab 59) serta melarang melakukan tabarruj, dengan larangan yang tegas dalam situasi apapun tanpa kecuali. Allah SWT berfirman: ”Janganlah kalian bertabaruj seperti orang-orang jahiliyah yang terdahulu” (TQS. Al-ahzab:33).

Rasulullah saw bersabda: ”Siapa saja wanita yang memakai wewangian kemudian melintas di suatu kaum (laki-laki) agar mereka menghirup wangi wanita itu, maka dia adalah pezina (pelacur)”. Dalil-dalil diatas dan banyak lagi dalil yang lainnya secara gamblang menunjukkan larangan bertabaruj, karena itu maka tabarruj hukumnya adalah haram, Keharamannya ini bersifat umum, tidak terkecuali terhadap pengantin dan tamu undangan.

Atas dasar ini, setiap perhiasan yang tidak biasa –umumnya dikenakan pengantin-, memoles wajahnya dengan warna-warni tertentu, yang dapat menarik pandangan laki-laki dan dapat menampakkan kecantikan wanita adalah termasuk tindakan tabarruj, jika pengantin perempuan muncul di hadapan pria asing (bukan mahromnya). Tetapi jika pengantin perempuan hanya menampakkan diri terhadap tamu undangan perempuan, tidaklah termasuk tabaruj, dan hanya dikategorikan sebagai berhias dan memakai perhiasan yang hukumnya adalah mubah. Karena itu guna menghindari pelanggaran terhadap hukum tabaruj ini, maka sudah semestinya tamu laki-laki terpisah dengan tamu perempuan secara mutlak.

4. Meminta para tamu undangan untuk mengenakan busana yang syar’i, yang menutup seluruh auratnya. Allah Swt berfirman, “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang ( biasa ) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya.” ( QS. An Nuur [24] : 31 ).

5. Islam melarang penyelenggaraan walimah yang hanya mengundang orang-orang tertentu saja, yaitu hanya mengundang orang kaya dan terhormat dan tidak mengundang para fakir miskin, sekalipun masih termasuk kerabat atau tetangga. Mengenai hal ini Rasulullah SAW menjelaskan di dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh ra, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: ”Makanan yang paling jelek adalah pesta perkawinan yang tidak mengundang orang yang mau datang kepadanya (miskin), tetapi mengundang orang yang enggan datang kepadanya ((kaya). Barang siapa tidak memperkenankan undangan maka sesungguhnya telah durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya.” (HR Muslim). Dalam hadits yang lain dikatakan bahwa “Sejelek-jelek makanan ialah makanan walimah yang hanya mengundang orang yang kaya tetapi meninggalkan orang-orang miskin “(HR. Bukhari dari Abu Hurairah ra)

6. Islam melarang kondisi campur baur antara tamu undangan, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi (ikhtilat) antara tamu laki-laki dan tamu perempuan yang bukan mahram sambil bersenda gurau dan membicarakan hal-hal yang tidak syar’i. Guna menghindari hal tersebut, maka yang dilakukan adalah memisahkan secara sempurna antara tamu laki-laki dengan tamu perempuan.

Sehingga kondisinya adalah pengantin perempuan dengan kerabat dan para tamu yang perempuan, sedangkan pengantin laki-laki dengan kerabat dan tamu laki-laki, dengan tempat makan dan pelaminan yang berbeda. Hal ini bisa dilakukan dengan beberapa uslub, misalnya walimahnya diselenggarakan pada waktu yang berbeda antara yang laki-laki dan perempuan, atau dengan menggunakan dua tempat atau dua gedung yang berbeda, atau bisa juga dengan tempat yang sama tapi dipisah dengan tabir sempurna antara laki-laki dan perempuan, sehingga tidak terjadi pertemuan dalam satu ruangan di antara laki-laki dan perempuan.

Berkaitan dengan pemisahan antara laki-laki dan perempuan ini, karena memang pada dasarnya dalam kehidupan masyarakat Islam di masa Rasulullah SAW dan sepanjang kurun sejarah Islam, kehidupan laki-laki dan perempuan terpisah satu dengan lainnya. Dalil-dalil tentang hai ini banyak sekali , diantaranya adalah dari Imam Bukhari meriwayatkan dari Anas bin Malik RA bahwa neneknya Malikah pernah mengundang Rasulullah SAW untuk menikmati jamuan makanan yang dibuatnya. Lalu Rasulullah SAW memakannya kemudian berkata: “Berdirilah kamu agar aku mendoakan bagi kamu…” hingga perkataan Anas bin Malik, “Maka berdirilah Rasulullah SAW dan berbarislah aku dan seorang anak yatim di belakang beliau, dan perempuan tua di belakang kami.” Adapun Abu Dawud telah meriwayatkan, Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Barisan yang terbaik untuk lelaki adalah barisan terdepan, ( yang paling jauh dari barisan perempuan) dan barisan yang paling baik untuk perempuan adalah di barisan belakang, dan yang terburuk adalah di depan (paling dekat dengan barisan lelaki)." [HR Abu Dawud]

Diriwayatkan oleh Aisyah ra, beliau berkata: "Aku selalu bermain dengan teman-temanku dan tatkala Rasulullah masuk, mereka (teman-temanku) akan pergi dan apabila beliau SAW keluar, mereka akan kembali seperti semula” (HR Abu Dawud).

Sedangkan terkait dengan pernikahan atau walimatul ‘urs, beberapa dalil menjelaskan keterpisahan ini. Dari Aisyah ra berkata: "Rasulullah mengawiniku pada usia tujuh tahun dan kami mengadakan hubungan di usia sembilan tahun dan tatkala aku berpindah ke Madinah, segolongan perempuan mempersiapkan ku untuk majlis perkawinan ku dan tidak pernah sekali-kali mereka maupun aku, bercampur dengan lelaki di dalam rumah yang dipenuhi perempuan. Pihak perempuan menyambutku dan pihak lelaki menyambut Rasulullah dan kemudian kami masuk ke rumah." (HR. Abu Dawud).

“Sesungguhnya Nabi SAW pernah mukim di antara Khaibar dan Madinah selama tiga malam dimana ia mengadakan pesta menjelang berumah tangga dengan Shafiyah , kemudian aku mengundang kaum muslimin untuk menghadiri walimah …..Lalu kaum muslimin bertanya ….. Kemudian tatkala Nabi SAW mendengarnya, ia melangkah ke belakang dan menarik tabir. (HR Bukhari, Muslim dan Ahmad)

7. Penyelenggaraan walimah memudahkan para undangan untuk bisa makan dan minum dengan cara yang Islami. Tidak diperbolehkan makan dan minum dengan berdiri. Hal ini berdasarkan larangan dari Rasulullah Saw. Dari Anas dan Qatadah, Rasulullah Saw bersabda, ”Sesungguhnya beliau melarang seseorang minum sambil berdiri, Qotadah berkata, ”Bagaimana dengan makan?” beliau menjawab: “Itu kebih buruk lagi”. ( HR. Muslim dan Turmidzi ). Hadits yang lain dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda, “Jangan kalian minum sambil berdiri ! Apabila kalian lupa, maka hendaknya ia muntahkan !” ( HR. Muslim ). Maka penyelenggara walimah tidak diperbolehkan mengadakan standing party. Harus disiapkan tempat duduk untuk seluruh tamu yang hadir.

Demikianlah, Islam telah mengatur masalah walimatul ‘urs ini dengan sedemikian rinci. Aturan ini menjadi panduan bagi umat Islam, sehingga menjadi pernikahan yang penuh dengan rahmat Allah SWT dan keberkahan Allah SWT selalu tercurah bagi pengantin serta anak keturunanya kelak. Tatacara ini telah sangat jelas dan dilandasi dalil-dalil syara’, karenanya kaum muslim wajib terus berupaya untuk mengubah kebiasaan masyarakat yang bertentangan dengan syariat Islam serta mensyiarkan ajaran Islam mengenai penyelenggaraan walimah ini. Walaupun mayoritas masyarakat belum terbiasa dengan tata cara walimah demikian, merasa asing atau aneh, tapi yakinlah lambat laun menjadi terbiasa seiring dengan kegigihan kita dalam mensosialisasikannya. Semoga setiap usaha kita dalam mensyiarkan ajaran Allah Dan RasulNya mendapatkan imbalan yang berlipat ganda disisiNya. Wallahu a’lam bishshawwab.

(Oleh: Ustadzah Najmah Saiidah)

***

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa yang menunjukkan kepada sebuah kebaikan maka baginya seperti sebuah pahala pelakunya" (HR. Muslim).

Semoga bermanfaat. 😊b

6 Tipe Wanita yang Jangan Kamu Nikahi

Ada beberapa tipe-tipe wanita yang perlu di jauhi dalam memilih calon istri kelak, yakni:
“Annanah, mannanah, hannanah, haddaqah,
barraqah, dan syaddaqah. Dalam al-Ihyaa’ bab
IV halaman 712 sampai 713 dijelaskan sebagai
berikut:
Ditanyakan kepada Ummul Mukminin ‘Aisyah
radhiyallahu‘anhu : “Siapakah wanita yang
paling utama?” Ia menjawab: “Yaitu wanita
yang tidak mengenal kata-kata yang tercela
dan tidak berfikir untuk menipu suaminya,
serta hatinya kosong kecuali berhias untuk
suaminya dan untuk tetep memelihara
keluarganya.”
Seorang Arab mengabarkan kepada kita
tentang wanita yang sebaiknya dijauhi, ketika
berpikir untuk menikah.
Ia mengatakan:
“Janganlah menikahi enam jenis wanita, yaitu yang annanah, mannanah, hannanah, haddaqah, barraqah, dan syaddaqah.”
“Annanah, mannanah, hannanah, haddaqah,
barraqah, dan syaddaqah. Dalam al-Ihyaa’ bab
IV halaman 712 sampai 713 dijelaskan sebagai
berikut:
(1) Annanah ialah wanita yang banyak merintih,
mengeluh serta memegang kepalanya setiap
saat. Sebab, menikah dengan orang yang sakit
atau pura-pura sakit tidak ada manfaatnya.”
(2) “Mannanah ialah wanita yang suka
mengungkit-ungkit (kebaikan) di hadapan
suaminya, dengan mengatakan: “Aku telah
melakukan demikian dan demikian karenamu.”
(3) Hannanah ialah wanita yang senantiasa rindu kepada suaminya yang lain (yang terdahulu) atau
anaknya dari suami yang lain. Ini pun termasuk jenis yang harus dijauhi.
Jika ingin menikahi janda, seorang lelaki tetap
harus memperhatikan rambu-rambu yang telah
diberikan Rasululah shalallahu ‘alaihi wassalam
untuk memilih calon istri.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
ﺗُﻨْﻜَﺢُ ﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀُ ﻟِﺄَﺭْﺑَﻌَﺔٍ: ﻟِﻤَﺎﻟِﻬَﺎ ﻭَﻟِﺤَﺴَﺒِﻬَﺎ ﻭَﻟِﺠَﻤَﻠِﻬَﺎ ﻭَﻟِﺪِﻳْﻨِﻬَﺎ، ﻓَﺎﻇْﻔَﺮْ
ﺑِﺬَﺍﺕِ ﺍﻟﺪِّﻳْﻦِ ﺗَﺮِﺑَﺖْ ﻳَﺪَﺍﻙَ
, “Wanita itu dinikahi karena empat hal. Karena
hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan
agamanya. Maka pilihlah agamanya, (kalau
tidak) engkau akan celaka.”
(Riwayat Bukhari dan Muslim)
(4) “Haddaqah ialah wanita yang memanah
segala sesuatu dengan kedua matanya lalu
menyukainya dan membebani suami untuk
membelinya.”
 Keterangan :“Memanah disini maksudnya, gila mata kalau lagi  jalan-jalan dan melihat barang-
barang yang disukainya. Misalnya kalau lagi ke mall dia lihat baju bagus… mau punya, lihat tas bagus…. mau punya; liat perhiasan… mau punya… lihat orang pake ini… pengen punya… lihat eno mau punya…. Terus meminta sama suaminya dan kesel kalau nggak dibeliin....
(5) barraqah. Barraqah mengandung dua
makna:
1. Wanita yang sepanjang hari merias wajahnya
agar wajahnya menjadi berkilau yang diperoleh
dengan cara meriasnya.
2. Marah terhadap makanan. Ia tidak makan
kecuali sendirian dan menguasai bagiannya dari
segala sesuatu. Ini bahasa Yaman. Mereka
mengatakan: “Bariqat al-Mar-ah wa Bariqa
ash-Shabiyy ath-Tha’aam,” jika marah pada
makanan itu.”
(6) Dan yang terakhir, syaddaqah. Syaddaqah
ialah wanita yang banyak bicara.”

Sabtu, 12 Maret 2016

RIDHO SUAMI SYURGA BAGI ISTRI

MENGAPA RIDHO SUAMI ITU SYURGA BAGI PARA ISTRI ?
.
( GAK BACA NYESEL )
.
1. Suami dibesarkan oleh ibu yang mencintainya seumur hidup. Namun ketika dia dewasa, dia memilih mencintaimu yang bahkan belum tentu mencintainya seumur hidupmu, bahkan sering kala rasa cintanya padamu lebih besar daripada cintanya kepada ibunya sendiri.
.
2. Suami dibesarkan sebagai lelaki yang ditanggung nafkahnya oleh ayah ibunya hingga dia beranjak dewasa.Namun sebelum dia mampu membalasnya, dia telah bertekad menanggung nafkahmu,
perempuan asing yang baru saja dikenalnya dan hanya terikat dengan akad nikah tanpa ikatan rahim seperti ayah dan ibunya.
.
3. Suami ridha menghabiskan waktunya untuk mencukupi kebutuhan anak-anakmu serta dirimu.Padahal dia tahu, di sisi ALLAH, engkau lebih harus di hormati tiga kali lebih besar oleh anak-anakmu dibandingkan dirinya.Namun tidak pernah sekalipun dia merasa iri, disebabkan dia mencintaimu dan berharap engkau memang mendapatkan yang lebih baik daripadanya di sisi ALLAH.
.
4. Suami berusaha menutupi masalahnya dihadapanmu dan berusaha menyelesaikannya sendiri.Sedangkan engkau terbiasa mengadukan masalahmu pada dia dengan harapan dia mampu memberi solusi.padahal bisa saja disaat engkau mengadu itu, dia sedang memiliki masalah yang lebih besar.namun tetap saja masalahmu di utamakan dibandingkan masalah yang dihadapi sendiri.
.
5. Suami berusaha memahami bahasa diammu,bahasa tangisanmu sedangkan engkau kadang hanya mampu memahami bahasa verbalnya saja.Itupun bila dia telah mengulanginya berkali-kali.
.
6. Bila engkau melakukan maksiat,maka dia akan ikut terseret ke neraka karena dia ikut bertanggung jawab akan maksiatmu. Namun bila dia bermaksiat, kamu tidak akan pernah di tuntut ke neraka karena apa yang dilakukan olehnya adalah hal-hal yang harus dipertanggung jawabkannya sendiri.
.
Semoga yg membaca tulisan ini mendapatkan jodoh yg sholeh dan lelaki pula mendapatkan jodoh yg sholehah pula yg di Ridhoi ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala.
Aamiin ya Rabb