Home

Sabtu, 29 Agustus 2015

Perbaikan Diri yang Sering Diabaikan


Ibnu Abbas memberikan ulasan tentang QS.albaqoroh 201.

(وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ)

Bahwa ada tujuh jalan menuju kebahagiaan di dunia sampai kebahagiaan akherat.

1). QOLBUN SYAKIRUN, yaitu
"Hati yang selalu bersyukur".
Artinya selalu menerima apa adanya (qona'ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stres dan Keluhan kpd Allah.

2). AL-AZWAJU SHALIHAH, yaitu
"Pasangan hidup yang sholeh&sholehah".
Pasangan hidup yang akan menciptakan suasana rumah dan keluarga yang rahmatan lill'alamin.

3). AL-AULADUL ABRAR, yaitu
"Anak sholeh yg Bakti kpd ortu nya".
Do'a anak yang sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah,

4). AL-BIATU SHOLIHAH,yaitu
"Lingkungan berkah sprti Agama yg kuat,Majlis ilmu,zikir dan sholawat dan psantren.

5). AL-MALUL HALAL, atau
"Harta yang halal".
Bukan banyaknya harta tapi halalnya harta yang dimiliki.
Harta yang halal akan menjauhkan setan dari hati.
Hingga menjadi bersih, suci dan kokoh agar memberi ketenangan dlm hidup nya.

6). TAFAKUH FID-DIEN, atau
"istiqomah untuk Mnuntut ilmu agama".
   agar semakin cinta kepada agama dan semakin tinggi cintanya kepada Allah dan Rasulnya.
Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya.

7). UMUR YANG BAROKAH.
Artinya umur yang semakin tua semakin sholeh, setiap detiknya diisi dengan amal ibadah.
Semakin tua semakin rindu untuk bertemu dengan Sang Pencipta.
Inilah semangat hidup orang-orang yang barokah umurnya.

Jumat, 07 Agustus 2015

Ga perlu Jealous kalau orang buat Dosa !


Ga Perlu Jealous, keylesss......!!



Pacaran itu enak?
Ya, iyalah enak ! (Kalau udah putus ngerasakan sakitnya tu yang ga enak)
Pacaran itu menyenangkan?
Iya menyenangkan! (Kalau udah putus nangis ga karuan)
Yang pacaran senang di ajak maksiat. Yang ga pacaran di bilang ga laku-laku, heheee
Waktu pacaran ngakunya si doi baik. Kalau dia baik mah ga bakal ngajak pacaran.
Waktu pacaran ngakunya si doi serius. Eeh disuruh jumpai orang tua mah malah ga beran. #Ceman…! Hhhuuuuu………..
Alasannya belum waktunya lah ! apalah alasan lainnya. Kalau belum waktunya kenapa pacari anaknya?
Waktu pacaran aja udah berani selingkuh. Yang salah siapa ? malah berani marahin kamu yang ga karuan.  Ngakunya sih karena kamu terlalu cemburu. Nah waktu pacaran aja udah berani digituin, gimana nikahnya nanti ? #WaaaChh, bakalan sadis tuh, yang kayak gitu diharap-harapin.
 Sudah tau pacaran itu maksiat, yang bisa membawa kamu ke jalan dosa. Yang kayak gitu masih saja di pertahankan ! Tidak semua pacaran zina, tetapi zina biasanya  di awali dengan pacaran.
Kalau memang dia beneran cinta dan serius sama kamu, dia mah akan datang ke rumah kamu untuk bertemu kedua orang tua kamu, bukan datang kepada kamu dan ngajak pacaran. Jangan seriusnya hanya nentuin tanggal annive doang. Tiba putus, Nyesel rasanya pacaran lama-lama tapi ga jadi ke pelaminan.
Kalau kamu yakin, Pacaran itu ga bakal buat kamu bahagia dang a ngerasain bahagia, Kenapa harus di pertahankan? malah-malah nambah ladang dosa !
Kalau kamu udah paham dan udah tau bahwa pacaran itu adalah maksiat, #UdahPutusinAja
Biarlah yang jomblo dikatakan ga laku-laku, So itu sesungguhnya ini adalah awal kebaikan menuju jalan ke taatan. Biarlah mereka mengatakan aku jealous karena melihat mereka bercouple, So itu sesungguhnya aku sedang berusaha menjaga diri dari hal-hal yang bisa membuat aku bermaksiat.
Kenapa pula aku harus jealous kalau itu bisa membuat aku berdosa?
Tak pernah pula berfikir untuk jealous melihat orang bercouple. Tapi yang membuat diri ini jealous saat melihat kekasih halal yang sholeh dan sholehah.
Untuk saat ini……
Yang lebih penting adalah menata hati, memperbaiki diri, dan memperbaiki ibadah yang lalai. Karena hal itu lebih penting untuk memantapkan semuanya.
Karena………
Jika ingin mempunyai pasangan yang sholeh/sholehah , maka terlebih dahulu kita memantapkan hati, ibadah dan juga memperbaiki diri….!!! #Perlu_di_ingat_selalu_pesan_dr_Ortu,dan_guru-guru_kita!

18 Penapisan BULIN (Ibu Bersalin)




Penapisan Ibu Bersalin

Rujuk ibu, apabila didapati salah satu atau lebih gejala penyulit seperti berikut :


  1. Pernah di operasi seksio sesaria (ada riwayat bedah sesar),
  2. Perdarahan pervagina( jalan lahir) selain lender bercampur darah,
  3. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu),
  4. Ketuban pecah dengan mekonium yang kental (cairan berwarna keruh),
  5.    Ketuban pecah sudah lama (lebih dari 24 jam),
  6.    Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (kurang dari 37 minggu),
  7.    Ikterus,
  8.    Anemia berat,
  9.    Tanda/gejala infeksi
  10.  Preeklampsia/hipertensi dalam kehamilan (tekanan darah lebih 160/110),
  11. Tinggi fundus  40 cm/lebih (perut bumil lebih besar dari pada orang hamil biasanya),
  12. Gawat janin ( ada tanda gerakan janin berkurang dari 10 gerakan dalam 1 hari),
  13.  Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masih 5/5,
  14.  Presentasi bukan kepala (letak bayi sungsang),
  15.  Presentasi ganda,
  16.  Kehamilan ganda (bayinya kembar)
  17.  Tali pusat menumbung,
  18.  Syok.


{  Sebenarnya untuk mengurangi resiko kematian pada ibu hamil ada 3 "Terlambat" 
     1. Terlambat Mengambil Keputusan.
      Kebanyakan dari Ibu hamil (bumil) keputusan untuk tempat melahirkan dipegang oleh orang tua, dan mertua. Sebenarnya yang harus mengambil keputusan itu adalah suaminya sendiri karena untuk menyelamatkan 2 nyawa dari orang yang dicintainya. Dimana tanggung jawab suami selama ini pada istri dan anaknya ??? Mungkin selama ini banyak masyarakat yang salah persepsi bahwa segala sesuatunya itu jika ditangani oleh ahlinya In Syaa Allah akan baik-baik saja, Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang bukan ahlinya maka kehancuranlah yang akan datang.” (HR. Imam Muslim no. 59)
   2. Terlambat di Rujuk
    Nah, jika ada di dapati ciri di atas hendaknya segera rujuk bumil, jangan memaksakan untuk melahirkan dirumah dengan dukun. Memang benar kematian itu sudah di takdirkan oleh Allah, tetapi tidak salahnya kita berusaha untuk mengurangi resiko kematian pada ibu, karena yang di selamatkan itu bukan bayinya saja tetapi ibunya juga harus di selamatkan juga.
   3. Karena serba terlambat maka terjadilah kematian pada ibu.





  Kemudian ada istilah 4 “TERLALU” 

1.      TERLALU muda untuk hamil (kurang dari 25 tahun)
2.      TERLALU tua untuk hamil (usia lebih dari 35 tahun) karena lebih beriseko
3.      TERLALU banyak anak
4.      TERLALU dekat jarak kehamilan (kurang dari 2 tahun jarak kehamilan)

Adab-adab Ke Kamar Kecil (WC)


1. Membaca Doa.

Dalam Shahih Bukhari Muslim dari Anas ra. bahwa Rasulullah saww. disaat memasuki kamar mandi (WC), maka beliau mengucapkan doa berikut :

اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ

ALLAHUMMA INNII A’UUDzUBIKA MINAL KhUBUTsI WAL KhABAAITsI.

Artinya: Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari godaan syetan laki-laki  dan syetan perempuan. (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Mendahulukan kaki kiri ketika masuk kamar mandi.
3. Menggunakan alas kaki, sangat dianjurkan.
4. Dianjurkan memakai tutup kepala ketika mandi di kamar mandi, agar syetan tidak mengotori dengan najis.
5. Jangan berbicara atau bernyanyi-nyayi ketika berada di dalam kamar mandi.

Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu Anhu’ bahwa Rasulullah saww. bersabda : Bila dua orang diantara kamu buang air, hendaklah saling membelakangi dan jangan berbicara, Karena sesunguhnya Allah murka akan hal itu.

5. Disunnahkan berdehem tiga kali ketika selesai buang air kecil, juga mengurut alat kelaminnya dari pangkal keujung bagi laki-laki, agar semua kotorannya keluar.
6. Tidak boleh menghadap atau membelakangi kiblat ketika Buang air kecil dan buang air besar.

Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saww. bersabda : Bila kamu mendatangi tempat buang air, janganlah menghadap kiblat atau membelakanginya. (HR. Bukhari dan Muslim)

7. Tidak boleh menjawab salam ketika berada di dalam kamar mandi.

8. Tidak boleh membawa atau membaca lafadz Allah swt dan Nabi Muhammad saww. atau ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits ke dalam kamar mandi.

9. Tidak boleh mandi berduaan di dalam kamar mandi, kecuali suami istri.

10. Tidak boleh makan dan minum ketika berada di dalam kamar mandi.

11. Berhati-hatilah dengan percikan najis (seperti terkena muncratan air seni ke celana/pakaian).

Rasulullah saww. pernah bersabda: Bahwa kebanyakan siksa kubur disebabkan karena tidak berhati-hati ketika beristinja.

12. Memakai  tabir penghalang/penutup kamar mandi, agar tidak terlihat orang lain.

Rasulullah saww. bersabda: Bila kamu buang air hendaklah beristitar (menutup tabir), Bila tidak ada tabir maka menghadaplah ke belakang. (HR Abu Daud dan Ibnu Majah)

13. Kalau sudah selesai segeralah keluar dan jangan berlama lama menetap di dalamnya, karena kamar mandi/wc adalah tempat setan dan kotoran sehingga tempat seperti itu tidak di anjurkan untuk berlama lama berada di situ.
14. Mendahulukan kaki kanan ketika keluar kamar mandi.
15. Membaca doa setelah keluar kamar mandi.

Hadits Shahih dalam kitab Abu Dawud dan Imam At-Tirmidzi, Bahwa Rasulullah saww.  mengucapkan doa berikut ini saat beliau keluar dari kamar mandi:

غُفْرَانَكَ
اَلْحَمْدُ الِلّهِ الَّذِيْ أَذْ هَبَ عَنِّى اْلأَذَاى وَعَافَانِيْ

GhUFROONAKA, ALHAMDULILLAHIL LADzII ADzHABA ‘ANNIL ADzAA WA’AAFAANII.

Artinya : Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kotoranku dan membuatku sehat, aku memohon Pengampunan-Mu.

Arti Cinta, Rindu dan Cemburudalam Islam



Banyak orang berbicara tentang masalah ini tapi
tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Atau tidak
menjelaskan batasan-batasan dan maknanya
secara syar’i. Dan kapan seseorang itu keluar
dari batasan-batasan tadi. Dan seakan-akan yang
menghalangi untuk membahas masalah ini
adalah salahnya pemahaman bahwa pembahasan
masalah ini berkaitan dengan akhlaq yang rendah
dan berkaitan dengan perzinahan, perkataan yang
keji. Dan hal ini adalah salah. Tiga perkara ini
adalah sesuatu yang berkaitan dengan manusia
yang memotivasi untuk menjaga dan mendorong
kehormatan dan kemuliaannya. Aku memandang
pembicaraan ini yang terpenting adalah
batasannya, penyimpangannya, kebaikannya, dan
kejelekannya. Tiga kalimat ini ada dalam setiap
hati manusia, dan mereka memberi makna dari
tiga hal ini sesuai dengan apa yang mereka
maknai.
Cinta ( Al-Hubb )
Cinta yaitu Al-Widaad yakni kecenderungan hati
pada yang dicintai, dan itu termasuk amalan hati,
bukan amalan anggota badan/dhahir. Pernikahan
itu tidak akan bahagia dan berfaedah kecuali jika
ada cinta dan kasih sayang diantara suami-isteri.
Dan kuncinya kecintaan adalah pandangan. Oleh
karena itu, Rasulullah Sawmenganjurkan pada
orang yang meminang untuk melihat pada yang
dipinang agar sampai pada kata sepakat dan
cinta, seperti telah kami jelaskan dalam bab
Kedua.
Sungguh telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad
dan Nasa’i dari Mughirah bin Su’bah r.a berkata :
“Aku telah meminang seorang wanita”, lalu
Rasulullah Sawbertanya kepadaku : “Apakah
kamu telah melihatnya ?” Aku berkata : “Belum”,
maka beliau bersabda : “Maka lihatlah dia, karena
sesungguhnya hal itu pada akhirnya akan lebih
menambah kecocokan dan kasih sayang antara
kalian berdua”
Sesungguhnya kami tahu bahwa kebanyakan dari
orang-orang, lebih-lebih pemuda dan pemudi,
mereka takut membicarakan masalah “cinta”,
bahkan umumnya mereka mengira pembahasan
cinta adalah perkara-perkara yang haram, karena
itu mereka merasa menghadapi cinta itu dengan
keyakinan dosa dan mereka mengira diri mereka
bermaksiat, bahkan salah seorang diantara
mereka memandang, bila hatinya condong pada
seseorang berarti dia telah berbuat dosa.
Kenyataannya, bahwa di sini banyak sekali
kerancuan-kerancuan dalam pemahaman mereka
tentang “cinta” dan apa-apa yang tumbuh dari
cinta itu, dari hubungan antara laki-laki dan
perempuan. Dimana mereka beranggapan bahwa
cinta itu suatu maksiat, karena sesungguhnya dia
memahami cinta itu dari apa-apa yang dia lihat
dari lelaki-lelaki rusak dan perempuan-
perempuan rusak yang diantara mereka
menegakkan hubungan yang tidak disyariatkan.
Mereka saling duduk, bermalam, saling bercanda,
saling menari, dan minum-minum, bahkan sampai
mereka berzina di bawah semboyan cinta.
Mereka mengira bahwa ‘cinta’ tidak ada lain
kecuali yang demikian itu. Padahal sebenarnya
tidak begitu, tetapi justru sebaliknya.
Sesungguhnya kecenderungan seorang lelaki
pada wanita dan kecenderungan wanita pada
lelaki itu merupakan syahwat dari syahwat-
syahwat yang telah Allah hiaskan pada manusia
dalam masalah cinta. Artinya Allah menjadikan di
dalam syahwat apa-apa yang menyebabkan hati
laki-laki itu cenderung pada wanita, sebagaimana
firman Allah Swt :
["Dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu :
wanita-wanita, anak-anak,..."] Ali-’Imran : 14
Allah lah yang menghiasi bagi manusia untuk
cinta pada syahwat ini, maka manusia
mencintainya dengan cinta yang besar, dan
sungguh telah tersebut dalam hadits bahwa Nabi
Saw bersabda :
["Diberi rasa cinta padaku dari dunia kalian : wanita
dan wangi-wangian dan dijadikan penyejuk mataku
dalam sholat"] HR Ahmad, Nasa’i, Hakim dan
Baihaqi.
Andaikan tidak ada rasa cinta lelaki pada wanita
atau sebaliknya, maka tidak ada pernikahan, tidak
ada keturunan dan tidak ada keluarga. Namun,
Allah Swt tidaklah menjadikan lelaki cinta pada
wanita atau sebaliknya supaya menumbuhkan
diantara keduanya hubungan yang diharamkan,
tetapi untuk menegakkan hukum-hukum yang
disyari’atkan dalam bersuami isteri, sebagaimana
tercantum dalam hadits Ibnu Majah, dari
Abdullah bin Abbas r.a berkata : telah bersabda
Rasulullah Saw:
["Tidak terlihat dua orang yang saling mencintai,
seperti pernikahan"]
Dan agar orang-orang Islam menjauhi jalan-jalan
yang rusak atau keji, maka Allah telah menyuruh
yang pertama kali agar menundukan pandangan,
karena ‘pandangan’ itu kuncinya hati, dan Allah
telah haramkan semua sebab-sebab yang
mengantarkan pada fitnah, dan kekejian, seperti
berduaan dengan orang yang bukan mahramnya,
bersenggolan, bersalaman, berciuman antara
lelaki dan wanita, karena perkara ini dapat
menyebabkan condongnya hati. Maka bila hati
telah condong, dia akan sulit sekali menahan jiwa
setelah itu, kecuali yang dirahmati Allah Swt .
Bahwa Allah tidak akan menyiksa manusia dalam
kecenderungan hatinya. Akan tetapi manusia
akan disiksa dengan sebab jika kecenderungan
itu diikuti dengan amalan-amalan yang
diharamkan. Contohnya : apabila lelaki dan
wanita saling pandang memandang atau
berduaan atau duduk cerita panjang lebar, lalu
cenderunglah hati keduanya dan satu sama
lainnya saling mencinta, maka kecondongan ini
tidak akan menyebabkan keduanya disiksanya,
karena hal itu berkaitan dengan hati, sedang
manusia tidak bisa untuk menguasai hatinya.
Akan tetapi, keduanya diazab karena apa yang
dia lakukan. Dan karena keduanya melakukan
sebab-sebab yang menyampaikan pada ‘cinta’,
seperti perkara yang telah kami sebutkan. Dan
keduanya akan dimintai tajawab, dan akan disiksa
juga dari setiap keharaman yang dia perbuat
setelah itu.
Adapun cinta yang murni yang dijaga
kehormatannya, maka tidak ada dosa padanya,
bahkan telah disebutkan olsebagian ulama
seperti Imam Suyuthi, bahwa orang yang
mencintai seseorang lalu menjaga kehormatan
dirinya dan dia menyembunyikan cintanya maka
dia diberi pahala, sebagaimana akan dijelaskan
dalam ucapan kami dalam bab ‘Rindu’. Dan
dalam keadaan yang mutlak, sesungguhnya yang
paling selamat yaitu menjauhi semua sebab-
sebab yang menjerumuskan hati dalam
persekutuan cinta, dan mengantarkan pada
bahaya-bahaya yang banyak, namun …..sangat
sedikit mereka yang selamat.
Rindu ( Al-’Isyq )
Rindu itu ialah cinta yang berlebihan, dan ada
rindu yang disertai dengan menjaga diri dan ada
juga yang diikuti dengan kerendahan. Maka rindu
tersebut bukanlah hal yang tercela dan keji
secara mutlak. Tetapi bisa jadi orang yang rindu
itu, rindunya disertai dengan menjaga diri dan
kesucian, dan kadang-kadang ada rindu itu
disertai kerendahan dan kehinaan.
Sebagaimana telah disebutkan, dalam ucapan
kami tentang cinta maka rindu juga seperti itu,
termasuk amalan hati, yang orang tidak mampu
menguasainya. Tapi manusia akan dihisab atas
sebab-sebab yang diharamkan dan atas hasil-
hasilnya yang haram. Adapun rindu yang disertai
dengan menjaga diri padanya dan
menyembunyikannya dari orang-orang, maka
padanya pahala, bahkan Ath-Thohawi menukil
dalam kitab Haasyi’ah Marakil Falah dari Imam
Suyuthi yang mengatakan bahwa termasuk dari
golongan syuhada di akhirat ialah orang-orang
yang mati dalam kerinduan dengan tetap
menjaga kehormatan diri dan disembunyikan dari
orang-orang meskipun kerinduan itu timbul dari
perkara yang haram sebagaimana pembahasan
dalam masalah cinta.
Makna ucapan Suyuthi adalah orang-orang yang
memendam kerinduan baik laki-laki maupun
perempuan, dengan tetap menjaga kehormatan
dan menyembunyikan kerinduannya sebab dia
tidak mampu untuk mendapatkan apa yang
dirindukannya dan bersabar atasnya sampai mati
karena kerinduan tersebut maka dia
mendapatkan pahala syahid di akhirat. Hal ini
tidak aneh jika fahami kesabaran orang ini dalam
kerinduan bukan dalam kefajiran yang mengikuti
syahwat dan dia bukan orang yang rendah yang
melecehkan kehormatan manusia bahkan dia
adalah seorang yang sabar, menjaga diri
meskipun dalam hatinya ada kekuatan dan ada
keterkaitan dengan yang dirindui, dia tahan
kekerasan jiwanya, dia ikat anggota badannya
sebab ini di bawah kekuasaannya. Adapun
hatinya dia tidak bisa menguasai maka dia
bersabar atasnya dengan sikap afaf (menjaga
diri) dan menyembunyikan kerinduannya sehingga
dengan itu dia mendapat pahala.
Rindu ( Al-’Isyq )
Rindu itu ialah cinta yang berlebihan, dan ada
rindu yang disertai dengan menjaga diri dan ada
juga yang diikuti dengan kerendahan. Maka rindu
tersebut bukanlah hal yang tercela dan keji
secara mutlak. Tetapi bisa jadi orang yang rindu
itu, rindunya disertai dengan menjaga diri dan
kesucian, dan kadang-kadang ada rindu itu
disertai kerendahan dan kehinaan.
Sebagaimana telah disebutkan, dalam ucapan
kami tentang cinta maka rindu juga seperti itu,
termasuk amalan hati, yang orang tidak mampu
menguasainya. Tapi manusia akan dihisab atas
sebab-sebab yang diharamkan dan atas hasil-
hasilnya yang haram. Adapun rindu yang disertai
dengan menjaga diri padanya dan
menyembunyikannya dari orang-orang, maka
padanya pahala, bahkan Ath-Thohawi menukil
dalam kitab Haasyi’ah Marakil Falah dari Imam
Suyuthi yang mengatakan bahwa termasuk dari
golongan syuhada di akhirat ialah orang-orang
yang mati dalam kerinduan dengan tetap
menjaga kehormatan diri dan disembunyikan dari
orang-orang meskipun kerinduan itu timbul dari
perkara yang haram sebagaimana pembahasan
dalam masalah cinta.
Makna ucapan Suyuthi adalah orang-orang yang
memendam kerinduan baik laki-laki maupun
perempuan, dengan tetap menjaga kehormatan
dan menyembunyikan kerinduannya sebab dia
tidak mampu untuk mendapatkan apa yang
dirindukannya dan bersabar atasnya sampai mati
karena kerinduan tersebut maka dia
mendapatkan pahala syahid di akhirat. Hal ini
tidak aneh jika fahami kesabaran orang ini dalam
kerinduan bukan dalam kefajiran yang mengikuti
syahwat dan dia bukan orang yang rendah yang
melecehkan kehormatan manusia bahkan dia
adalah seorang yang sabar, menjaga diri
meskipun dalam hatinya ada kekuatan dan ada
keterkaitan dengan yang dirindui, dia tahan
kekerasan jiwanya, dia ikat anggota badannya
sebab ini di bawah kekuasaannya. Adapun
hatinya dia tidak bisa menguasai maka dia
bersabar atasnya dengan sikap afaf (menjaga
diri) dan menyembunyikan kerinduannya sehingga
dengan itu dia mendapat pahala.
Cemburu ( Al-Ghairah )
Cemburu ialah kebencian seseorang untuk
disamai dengan orang lain dalam hak-haknya, dan
itu merupakan salah satu akibat dari buah cinta.
Maka tidak ada cemburu kecuali bagi orang yang
mencintai. Dan cemburu itu termasuk sifat yang
baik dan bagian yang mulia, baik pada laki-laki
atau wanita.
Ketika seorang wanita cemburu maka dia akan
sangat marah ketika suaminya berniat kawin dan
ini fitrah padanya. Sebab perempuan tidak akan
menerima madunya karena kecemburuannya
pada suami, dia senang bila diutamakan, sebab
dia mencintai suaminya. Jika dia tidak mencintai
suaminya, dia tidak akan peduli (lihat pada bab
I). Kita tekankan lagi disini bahwa seorang
wanita akan menolak madunya, tetapi tidak boleh
menolak hukum syar’i tentang bolehnya poligami.
Penolakan wanita terhadap madunya karena
gejolak kecemburuan, adapun penolakan dan
pengingkaran terhadap hukum syar’i tidak akan
terjadi kecuali karena kelalaian dan kesesatan.
Adapun wanita yang shalihah, dia akan menerima
hukum-hukum syariat dengan tanpa ragu-ragu,
dan dia yakin bahwa padanya ada semua
kebaikan dan hikmah. Dia tetap memiliki
kecemburuan terhadap suaminya serta
ketidaksenangan terhadap madunya.
Kami katakan kepada wanita-wanita muslimah
khususnya, bahwa ada bidadari yang jelita
matanya yang Allah Swt jadikan mereka untuk
orang mukmin di sorga. Maka wanita muslimat
tidak boleh mengingkari adanya ‘bidadari’ ini
untuk orang mukmin atau mengingkari hal-hal
tersebut, karena dorongan cemburu. Maka kami
katakan padanya :
Dia tidak tahu apakah dia akan berada bersama
suaminya di surga kelak atau tidak.
Bahwa cemburu tidak ada di surga, seperti yang
ada di dunia.
Bahwasanya Allah Swt telah mengkhususkan
juga bagi wanita dengan kenikmatan-kenikmatan
yang mereka ridlai, meski kita tidak mengetahui
secara rinci.
Surga merupakan tempat yang kenikmatannya
belum pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh
telinga dan terbetik dalam hati manusia, seperti
firman Allah Swt
["Seorangpun tidak mengetahui apa yang
disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-
macam nikmat) yang menyedapkan pandangan
mata sebagai balasan terhadap apa yang telah
mereka kerjakan"] As-Sajdah : 17
Oleh karena itu, tak seorang pun mengetahui apa
yang tersembunyi bagi mereka dari bidadari-
bidadari penyejuk mata sebagai balasan pada
apa-apa yang mereka lakukan. Dan di sorga
diperoleh kenikmatan-kenikmatan bagi mukmin
dan mukminat dari apa-apa yang mereka
inginkan, dan juga didapatkan hidangan-hidangan,
dan akan menjadi saling ridho di antara keduanya
sepenuhnya. Maka wajib bagi keduanya (suami-
isteri) di dunia ini untuk beramal sholeh agar
memperoleh kebahagiaan di sorga dengan penuh
kenikmatan dan rahmat Allah Swt yang sangat
mulia lagi pemberi rahmat.
Adapun kecemburuan seorang laki-laki pada
keluarganya dan kehormatannya, maka hal
tersebut ‘dituntut dan wajib’ baginya karena
termasuk kewajiban seorang laki-laki untuk
cemburu pada kehormatannya dan kemuliaannya.
Dan dengan adanya kecemburuan ini, akan
menolak adanya kemungkaran di keluarganya.
Adapun contoh kecemburuan dia pada isteri dan
anak-anaknya, yaitu dengan cara tidak rela kalau
mereka telanjang dan membuka tabir di depan
laki-laki yang bukan mahramnya, bercanda
bersama mereka, hingga seolah-olah laki-laki itu
saudaranya atau anak-anaknya.
Anehnya bahwa kecemburuan seperti ini, di
jaman kita sekarang dianggap ekstrim-fanatik,
dan lain-lain. Akan tetapi akan hilang keheranan
itu ketika kita sebutkan bahwa manusia di jaman
kita sekarang ini telah hidup dengan adat barat
yang jelek. Dan maklum bahwa masyarakat barat
umumnya tidak mengenal makna aib, kehormatan
dan tidak kenal kemuliaan, karena serba boleh
(permisivisme), mengumbar hawa nafsu
kebebasan saja. Maka orang-orang yang
mengagumi pada akhlaq-akhlaq barat ini tidak
mau memperhatikan pada akhlaq Islam yang
dibangun atas dasar penjagaan kehormatan,
kemuliaan dan keutamaan.
Sesungguhnya Rasulullah Saw telah mensifati
seorang laki-laki yang tidak cemburu pada
keluarganya dengan sifat-sifat yang jelek, yaitu
‘Dayyuuts’ . Sungguh ada dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabraani dari Amar
bin Yasir r.a, serta dari Al-Hakim, Ahmad dan
Baihaqi dari Abdullah bin Amr r.a , dari Nabi Saw
bahwa ada tiga golongan yang tidak akan masuk
surga yaitu peminum khomr , pendurhaka orang
tua dan dayyuts . Kemudian Nabi menjelaskan
tentang dayyuts, yaitu orang yang membiarkan
keluarganya dalam kekejian atau kerusakan, dan
keharaman.
WALLAHU_A'LAM